Facebook

Ekonomi Sirkular Sebagai Solusi Menangani Limbah Sampah Plastik

Senin, 09 Juni 2025

 








    Sampah merupakan salah satu permasalahan yang perlu diberikan perhatian dan ditanggulangi (Utami & Fitria Ningrum, 2020). Adanya kehidupan manusia yang memanfaatkan berbagai macam produk yang ada sekarang berpotensi menghasilkan berbagai macam limbah. Limbah yang dihasilkan berasal dari berbagai sumber, termasuk rumah tangga, industri, medis, pariwisata, dan sektor-sektor lainnya. Pertumbuhan jumlah populasi manusia sejalan dengan peningkatan kebutuhan sehari hari, yang pada gilirannya menyebabkan peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan. Sampah diklasifikan menjadi sampah organik dan sampah anorganik .Sampah organik adalah limbah yang berasal dari bahan-bahan hayati yang dapat diuraikan oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Di sisi lain, sampah anorganik adalah limbah yang berasal dari bahan non-hayati, baik yang bersifat sintetik maupun yang dihasilkan dari proses pengolahan bahan tambang. Salah satu contoh sampah anorganik adalah sampah plastik, yang penggunaannya sangat luas dan memerlukan penanganan khusus agar keberadaannya tidak menimbulkan dampak negatif. 

 

    Plastik, yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, menghadirkan tantangan lingkungan yang signifikan di tengah berbagai aplikasinya yang beragam, sehingga menciptakan kebutuhan mendesak akan solusi yang berkelanjutan. Karakteristik fisik dan kimia plastik yang khas telah menyebabkan lonjakan konsumsi yang luar biasa, dengan pertumbuhannya mencapai empat kali lipat dalam tiga dekade terakhir. Istilah plastik mencakup polimer dan kategori bahan yang lebih luas, yang terdiri dari rantai panjang molekul yang dapat dibentuk saat dalam keadaan lunak dan kemudian dikeraskan untuk mempertahankan bentuknya. Lebih dari 85% plastik yang diproduksi di seluruh dunia terdiri dari polimer plastik, yang sebagian besar terdiri dari polipropilena (PP), polietilena (PE), polivinil klorida (PVC), polietilena tereftalat (PET), polistirena (PS), poliuretan (PUR), poliamida, dan serat poliester. 

 

    Kompleksitas dalam daur ulang plastik dan pengelolaan limbah menghadirkan tantangan besar bagi upaya pelestarian lingkungan global (Ramli et al., 2024). Beberapa jenis polimer lebih mudah didaur ulang dibandingkan yang lain, dan setiap kategori plastik memiliki prosedur daur ulang yang berbeda. Pada tahun 2015, sekitar 6.300 juta metrik ton (Mt) sampah plastik dihasilkan, dengan hanya sekitar 9% yang berhasil didaur ulang, 12% dibakar, dan 79% berakhir di tempat pembuangan akhir atau lingkungan alami. Di sisi lain, sekitar 22% dari sampah plastik yang dihasilkan di seluruh dunia tidak dikelola dengan baik, dan sebagian besar dibuang secara sembarangan atau, lebih parah lagi, dibakar secara terbuka, terutama di negara-negara berkembang. Penyebaran polusi plastik yang luas di lingkungan alami menimbulkan kekhawatiran serius karena dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia dan ekosistem. Produk plastik, bahan baku, dan fragmen yang hilang selama proses produksi, penggunaan, dan akhir masa pakainya berkontribusi pada akumulasi plastik yang cepat di berbagai lingkungan alami melalui berbagai jalur, yang mengakibatkan masalah polusi yang signifikan. Polusi plastik di lautan dan sungai, yang berdampak besar pada kehidupan laut, merupakan salah satu dampak yang paling terlihat. Sampah plastik menimbulkan risiko fisik bagi satwa liar yang mengonsumsinya atau terjerat olehnya, yang telah menarik perhatian publik dalam beberapa tahun terakhir. 

 

    Data statistik saat ini menunjukkan betapa seriusnya krisis sampah plastik global, di mana negara-negara berkembang menghadapi tantangan yang tidak sebanding. Negara-negara ini perlu melakukan perubahan paradigma untuk meningkatkan pengelolaan limbah. Perubahan tersebut harus berfokus pada pemisahan sumber, penetapan target yang jelas, serta penanganan faktor sosial-budaya, politik, dan ekonomi yang memengaruhi pengelolaan sampah plastik. Penanganan sampah plastik yang tidak tepat dapat membahayakan kesehatan manusia dan ekosistem di banyak negara berkembang. 


     Di wilayah berpenghasilan tinggi, perangkat ekonomi dan kebijakan legislatif telah mendorong peningkatan daur ulang plastik. Namun, tingkat daur ulang masih jauh dari potensi yang ada, terutama di negara-negara berkembang. Meskipun data daur ulang untuk komponen sampah mudah diakses di negara maju, penelitian mengenai aliran kuantitatif sampah kemasan plastik menuju ekonomi sirkular dan praktik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan masih sangat terbatas. 


     Sebagai respons terhadap model produksi dan konsumsi plastik saat ini yang berfokus pada pertumbuhan berkelanjutan dan peningkatan hasil sumber daya, ekonomi sirkular (CE) semakin mendapatkan perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Ekonomi sirkular adalah sistem industri yang dirancang untuk menjadi restoratif atau regeneratif. Konsep ini menggantikan ide "akhir masa pakai" dengan penekanan pada restorasi, beralih ke penggunaan energi terbarukan, menghilangkan bahan kimia beracun yang menghambat penggunaan kembali, dan berupaya mengurangi limbah melalui penciptaan bahan, produk, sistem, dan model bisnis yang lebih baik. 


     Ekonomi sirkular didorong oleh dua tujuan utama yang telah dibahas dalam kebijakan dan praktik meningkatkan efisiensi material dalam ekonomi secara keseluruhan dan melestarikan nilai dengan memperpanjang siklus material dalam ekonomi. Tujuan dari pergeseran paradigma ini adalah untuk mengurangi dampak lingkungan dengan menciptakan sistem loop tertutup melalui daur ulang, penggunaan kembali, dan produksi ulang. Dengan memisahkan konsumsi sumber daya dari pertumbuhan ekonomi, konsep ekonomi sirkular mendukung pendekatan proses industri yang lebih berkelanjutan dan tangguh. Salah satu model ekonomi yang ditawarkan kepada dunia adalah model ekonomi sirkular, dimana dalam model ini barang yang sudah dikonsumsi dapat diolah kembali Reduce, Reuse, Recycle, Replace, dan Repair (Purwanti, 2021). Sampah tersebut diproduksi ulang sehingga mengurangi dampak limbah buangan yang berbahaya bagi lingkungan dan dapat digunakan kembali sebagai produk baru atau sebagai bahan baku produk lain. 

 

    Pentingnya menangani masalah sampah plastik tidak dapat diabaikan, terutama dalam konteks keberlanjutan lingkungan. Salah satu cara untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan memanfaatkan prinsip ekonomi sirkular, yang bertujuan untuk menciptakan rantai nilai plastik yang lebih efisien dan berkelanjutan. Dalam ekonomi sirkular, fokusnya adalah pada pengurangan limbah dan pemanfaatan kembali sumber daya, sehingga plastik yang digunakan dapat didaur ulang dan digunakan kembali, alih alih berakhir di tempat pembuangan akhir atau mencemari lingkungan. 

 

    Kemajuan dalam penerapan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah plastik sangat penting untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) 12, yang menekankan pentingnya konsumsi dan produksi yang berkelanjutan. Dengan mengadopsi praktik yang lebih berkelanjutan, kita dapat mengurangi dampak negatif dari limbah plastik terhadap lingkungan. Selain itu, SDG 14 dan 15, yang berfokus pada pelestarian ekosistem laut dan darat, juga dapat tercapai melalui pengurangan polusi plastik. Dengan mengurangi jumlah plastik yang mencemari lautan dan ekosistem darat, kita dapat melindungi keanekaragaman hayati dan menjaga kesehatan ekosistem. 

 

    Pendekatan ekonomi sirkular memiliki potensi besar untuk mengurangi masalah sampah plastik secara signifikan. Dengan menciptakan sistem yang lebih efisien dalam penggunaan dan pengelolaan plastik, kita tidak hanya dapat mengurangi limbah, tetapi juga memberikan dampak positif bagi ekonomi, lingkungan, dan masyarakat. Misalnya, dengan meningkatkan daur ulang dan penggunaan kembali plastik, kita dapat menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi biaya pengelolaan limbah, dan mengurangi ketergantungan pada bahan baku baru. Dengan demikian, penerapan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah plastik tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan, tetapi juga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 

 

Daftar Pustaka:


Purwanti, I. (2021). Konsep implementasi ekonomi sirkular dalam program bank sampah (Studi kasus: Keberlanjutan bank sampah Tanjung). Jurnal Manajemen Dan Ekonomi, 4(1), 89–98. https://jurnal.unugha.ac.id/index.php/amn/article/view/40/55 

 Ramli, A. H. M., Manaf, L. A., Zulkeflee, Z., & Andriyono, S. (2024). Advancing circular economy approaches in plastic waste management: A systematic literature review in developing economies. Sustainable Production and Consumption, 51, 420–431. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.spc.2024.08.018 

 Utami, M. I., & Fitria Ningrum, D. E. A. (2020). Proses Pengolahan Sampah Plastik di UD Nialdho Plastik Kota Madiun. Indonesian Journal of Conservation, 9(2), 89–95. https://doi.org/10.15294/ijc.v9i2.27347


#ekonomisilkular #sampahplastik #pengolahansampah #sampahanorganik

0 komentar:

Posting Komentar